KEARIFAN
LOKAL SIDOARJO
Satu
hal yang istimewa dari masyarakat Sidoarjo, ini adalah tentang Ikan Bandeng.
Salah satu ikon kabupaten yang dikenal juga dengan Kota Delta pada peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW. selalu terdengar kagiatan Lelang Bandeng
Bagi
masyarakat Nahdatul Ulama (NU) merayakan hari besar adalah kegiatan wajib,
seperti memperingti Maulud Nabi Muhammad SAW. Pada peringatan nya diadakan
sholawatan dan kenduren bersama. Menarik nya pada kenduren di di Sidoarjo, Menu
makanan yang disajikan seperti tumpeng dengan bandeng sebagai lauk utamanya.
Banyaknya
petani tambak membudidyakan ikan bandeng, Sehingga Bandeng menjadi komoditas
utamaa dalam budidaya tambak di Sidoaarjo. Melimpah nya Produksi Bandeng
mendasari muncul nya acara Lelang Bandeng Sidoarjo. Bandeng dengan ukuran
terbesar dan terberat dilelang untuk dijual dengan harga tertinggi. Jumlah nya
yang sangat sedikit menjadi layak untuk diperebutkan dengan dilelang.
Kegiatan
lelang bandeng tradisional ini merupakan ide dari R. Samadikoen yang merupakan
Bupati KDH Tingkat II Sidoarjo. Pertama kali diadakan pada hari Rabu tanggal 18
juli 1962 oleh peerintah Kab. Sidoarjo Dan tak lepas juga dari dominasi
masyarakat islam Nahdatul Ulama (NU) di Sidoarjo.
Dalam
perkembangan nya Lelang bandeng mengalami pasang pasang surut. Pada periode
awal sampai tahun 1968 sudah dikenal masyarakat luas. Hasil pelelangan sebagai
sumber biaya pembangunan dari kegiatan milik swasta. Namun di periode tahun
1969 hasil lelang sepenuhnya digunakan untuk dana sosial.
Lelang
bandeng dikembangkan bertujuan untuk meningkatkan perekonomian kabupaten
Sidoarjo serta sebagai destinasi wisata dan sarana peningkatan produksi tambak
di Sidoarjo.
Pada
periode ini merupakan masa keemasan nya. Berdasarkan data pemenang dapat
dilihat kualitas bandengnya sangat bagus. Berat satu ekor ikan bandeng mencapai
10 kg.
Diera
reformasi tahun 1998 sangat berpengaruh untuk pelaksanaan lelang, pasca krisis
moneter kondisi perekonomian di Sidoarjo tidak stabil sehingga lelang bandeng
fakum. Tanpa Lelang bandeng dirasa kurang lengkap, kemudian diadakan lagi mulai
tahun 2001 dan dikenal dengan Lelang Bandeng Kawak, kegiatan pendukung pun
diperbanyak dengan diadakan beberapa lomba hingga kegiatan semakin meriah dan
menarik.
Setelah
lima tahun berjalan dengan meriah, pada tahun 2006 – 2011 kegiatan lelang
bandeng sempat berhenti karena adanya Semburan Lumpur Lapindo. Selama 6 itu
pemerintah dan warga Sidoarjo terfokus pada penanggulangan Lumpur lapindo.
Namun diganti dengan Festival Bandeng Kawak.
Bertepatan
dengan Hari jadi Kabupaten Sidoarjo ke 153, Lelang bandeng dilaksanakan kembali
tahun 2012 dan merupakan Lelang bandeng yang ke 44.
Dari
hasil lelang bandeng kawak mulai tahun 2012 – 2017 perolehan dana mencapai
nilai yang cukup besar yakni pada tahun 2016 berhasil meraup hingga Rp. 1,3
Milyar.
Pada
tahun 2017 ini, Lelang Bandeng kawak terberat nomer satu 7,70 kg dengan panjang
ikan bandeng 88 cm lebar 20 cm dengan umur bandeng 8 tahun berasal dari Tambak
Tegalsari Kupang Kecamatan Jabon. Juara kedua dari Tambak Tanjungsari Kupang
Kecamatan Jabon dengan berat 5,55 kg umur 5,5 tahun, dan juara ketiga Bandeng
dari Tambak Desa Sawoan Kepetingan Kecamatan Buduran dengan berat 5,34 kg umur
bandeng 6 tahun. Adapun juara keempat dimenangkan Petani Tambak Kalikajang
Gebang Kecamatan Sidoarjo dengan berat 5,24 kg umur bandeng 7 tahun.
Bupat
Sidoarjo H. Saiful ilah mengatakan bahwa selain untuk memperingati Maulid Nabi
Muhammad SAW. Kegiatan Lelang Bandeng juga untuk melestarikan tradisi para
pembudidaya tambak dahulu, memelihara bandeng hingga kawakan dan berukuran
besar dan melelang nya pada peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, dan
perlu dipelihara dan diletarikan.
“Melalaui
Lelang bandeng trdisional saya berharap bisa membangkitkan motivasi petani
tambak agar lebih meningkatkan hasil budidaya ikan bandengnya, dan mampu
mendorong para petani tambak untuk terus meningkatkan produksi perikanan di
Sidoarjo,” harapnya.
Ketua
Panitia Lelang Bandeng Kawak 2017 Nur Achmad Syaifuddin yang juga merupakan
Wakil Bupati Sidorjo menyampaikan rasa syukurnya atas bertahannya tradisi
Lelang Bandeng Kawak hingga saat ini. “Banyak sekali manfaatnya sehingga
Sidoarjo dikenal dengan daertah penghasil bandeng terbesar di Jawa Timur,”
ucapnya.
Selain
itu H. Saiful ilah juga mengatakan, bahwa Kegiatan Lelang Bandeng ini selain
menambah destinasi wisata juga bertujuan mengumpulkan dana yang digunakan untuk
kegiatan sosial dan tempat-tempat ibadah di daerah Sidoarjo.